Halaman

Selasa, 28 Juni 2011

Tugas Perekonomian Indonesia dan Ekonomi Pembangunan

Pertanyaan dan Jawaban :

Soal :
1.      Sebutkan dan jelaskan dampak-dampak dari globalisasi ?
2.      Sebutkan dan jelaskan 5 tahap pertumbuhan ekonomi menurut Rostow ?

Jawaban :
1.      Dampak dari globalisasi ekonomi terhadap perekonomian suatu negara bisa positif atau negatif, tergantung pada kesiapan negara tersebut dalam menghadapi peluang-peluang maupun tantangan-tantangan yang muncul dari proses tersebut. Secara umum, ada empat (4) wilayah yang pasti akan terpengaruh, yakni :

a.       Ekspor. Dampak positifnya adalah ekspor atau pangsa pasar dunia dari suatu negara meningkat; sedangkan efek negatifnya adalah kebalikannya: suatu negara kehilangan pangsa pasar dunianya yang selanjutnya berdampak negatif terhadap volume produksi dalam negeri dan pertumbuhan produk domestiik bruto (PDB) serta meningkatkan jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan. Dalam beberapa tahun belakangan ini ada kecenderungan bahwa peringkat Indonesia di pasar dunia untuk sejumlah produk tertentu yang selama ini diunggulkan Indonesia, baik barang-barang manufaktur seperti tekstil, pakaian jadi dan sepatu, maupun pertanian (termasuk perkebunan) seperti kopi, cokelat dan biji-bijian, terus menurun relatif dibandingkan misalnya Cina dan Vietnam. Ini tentu suatu pertanda buruk yang perlu segera ditanggapi serius oleh dunia usaha dan pemerintah Indonesia. Jika tidak, bukan suatu yang mustahil bahwa pada suatu saat di masa depan Indonesia akan tersepak dari pasar dunia untuk produk-produk tersebut.
b.      Impor. Dampak negatifnya adalah peningkatan impor yang apabila tidak dapat dibendung karena daya saing yang rendah dari produk-produk serupa buatan dalam negeri, maka tidak mustahil pada suatu saat pasar domestik sepenuhnya akan dikuasai oleh produk-produk dari luar negeri. Dalam beberapa tahun belakangan ini ekspansi dari produk-produk Cina ke pasar domestik Indonesia, mulai dari kunci inggris, jam tangan tiruan hingga sepeda motor, semakin besar. Ekspansi dari barang-barang Cina tersebut tidak hanya ke pertokoan-pertokoan moderen tetapi juga sudah masuk ke pasar-pasar rakyat dipingir jalan. 
c.       Investasi. Liberalisasi pasar uang dunia yang membuat bebasnya arus modal antarnegara juga sangat berpengaruh terhadap arus investasi neto ke Indonesia. Jika daya saing investasi Indonesia rendah, dalam arti iklim berinvestasi di dalam negeri tidak kondusif dibandingkan di negara-negara lain, maka bukan saja arus modal ke dalam negeri akan berkurang tetapi juga modal investasi domestik akan lari dari Indonesia yang pada aknirnya membuat saldo neraca modal di dalam neraca pembayaran Indonesia negatif. Pada gilirannya, kurangnya investasi juga berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan produksi dalam negeri dan ekspor. Seperti telah di bahas sebelumnya, sejak krisis ekonomi 1997/98, arus PMA ke Indonesia relatif berkurang dibandingkan ke negara-negara tetangga; bahkan di dalam kelompok ASEAN, Indonesia menjadi negara yang paling tidak menarik untuk PMA karena berbagai hal, mulai dari kondisi perburuan yang tidak lagi menarik investor asing, masalah keamanan dan kepastian hukum, hingga kurangnya insentif, terutama insentif fiskal bagi investasi-investasi baru. Sebaliknya, Vietnam, sebagai suatu contoh, menjadi sangat menarik bagi investor asing karena tidak hanya tenaga kerjanya sangat disiplin dan murah, juga pemerintah Vietnam memberikan     tax holiday  bagi investasi-investasi baru.
d.      Tenaga kerja. Dampak negatifnya adalah membanjirnya tenaga ahli dari luar di Indonesia, dan kalau kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia tidak segera ditingkatkan untuk dapat menyaingi kualitas SDM dari negara-negara lain, tidak mustahil pada suatu ketika pasar tenaga kerja atau peluang kesempatan kerja di dalam negeri sepenuhnya dikuasai oleh orang asing. Sementara itu, tenaga kerja Indonesia (TKI) semakin kalah bersaing dengan tenaga kerja dari negara-negara lain di luar negeri. Juga tidak mustahil pada suatu ketika TKI tidak lagi diterima di Malaysia, Singapura atau Taiwan dan digantikan oleh tenaga kerja dari negara-negara lain seperti Filipina, India dan Vietnam yang emiliki keahlian lebih tinggi dan tingkat kedisiplinan serta etos kerja yang lebih baik dibandingkan TKI.


  1. 5 tahap perkembangan ekonomi menurut Teori Rostow :
(1) masyarakat tradisional,
(2) prasyarat untuk tinggal landas,
(3) tinggal landas,
(4) dewasa (maturity),
(5) masa konsumsi massal.
•     Masyarakat tradisional, suatu masyarakat yang strukturnya berkembang di sepanjang fungsi produksi berdasarkan ilmu dan teknologi pra-Newton dan sebagai hasil pandangan pra-Newton terhadap dunia fisika.
          Prasyarat tinggal landas, merupakan masa transisi dimana prasyarat-prasyarat pertumbuhan swadaya dibangun atau diciptakan. Di Eropa Barat, prasyarat tinggal landas didorong atau didahului oleh empat kekuatan yaitu renesans atau era pencerahan, kerajaan baru, dunia baru, dan agama baru atau reformasi.
•     Tahap tinggal landas, merupakan titik yang menentukan di dalam kehidupan suatu masyarakat ketika pertumbuhan mencapai kondisi normal dan kekuatan modernisasi berhadapan dengan adat-istiadat dan lembaga-lembaga. Periode ini memerlukan waktu dua dasawarsa. Tiga syarat tinggal landas adalah :
(1) kenaikan laju investasi produktif, misalnya dari 5% atau kurang ke lebih dari 10%
dari pendapatan nasional,
(2) perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju
pertumbuhan yang tinggi,
(3) hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan organisasi yang menampung hasrat ekspansi di sektor modern tersebut dan memberikan daya dorong pada pertumbuhan.
•     Tahap maturity (tahap menuju kedewasaan), didefinisikan sebagai tahap ketika masyarakat telah dengan efektif menerapkan serentetan teknologi modern terhadap keseluruhan sumberdaya mereka.
      Karakteristik non-ekonomis dari masyarakat yang telah mencapai tahap menuju kedewasaan menurut Rostow sebagai berikut :
a.       Stuktur dan keahlian tenaga kerja mengalami perubahan. Peranan sektor industri semakin penting, sedangkan sektor pertanian menurun
b.      Sifat kepempimpinan menurun dalam perusahaan mengalami perubahan. Peranan manajer semakin penting dan menggantikan kedudukan pengusah-pemilik
c.       Kritik-kritik terhadap industrialisasi mulai muncul sebagai akibat dari ketidakpuasan terhadap dampak industrialisasi
          Era konsumsi massa besar-besaran ditandai dengan migrasi ke pinggiran kota, pemakaian mobil secara luas, barang-barang konsumen dan peralatan rumah tangga yang tahan lama. Pada tahap ini perhatian masyarakat beralih dari penawaran ke permintaan, dari persoalan produksi ke konsumsi dan kesejahteraan dalam arti luas.
Pada tahap ini ada 3 macam tujuan masyarakat (negara) yaitu :
a.       Memperbesar kekuasaan dan pengaruh ke luar negeri dan kecenderungan ini bisa berakhir pada penjajahan terhadap negara lain
b.      Menciptakan negara kesejahteraan (welfare state) dengan cara mengusahakan terciptanya pembagian pendapatan yang lebih merata melalui sistem pajak yang progresif
c.       Meningkatkan konsumsi masyarakat melebihi kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) menjadi meliputi pula barang-barang konsumsi tahan lama dan barang-barang mewah

     

Jawaban UAS Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan


1.                  Unsur-unsur utama kebijaksanaan pembangunan menurut Lewis adalah :
a.       penyelidikan potensi pembangunan, survei sumberdaya nasional, penelitian ilmiah, penelitian pasar
b.      penyediaan prasarana yang memadai (air, listrik, transportasi dan telekomunikasi) apakah oleh badan usaha negara atau swasta
c.       penyediaan fasilitas latihan khusus dan juga pendidikan umum yang memadai untuk menyediakan ketrampilan yang diperlukan
d.      perbaikan landasan hukum bagi kegiatan perekonomian, khususnya peraturan yang berkaitan dengan hak atas tanah, perusahaan, dan transaksi ekonomi
e.       bantuan untuk menciptakan pasar yang lebih banyak dan lebih baik
f.       menemukan dan membantu pengusaha yang potensial, baik dalam negeri maupun luar negeri
g.      peningkatan pemanfaatan sumberdaya secara lebih baik, baik swata maupun negara
2.         Faktor-faktor yang mendukung peluang kapitalisasi di NSB adalah :
a.       Kapasitas negara dalam menyerap informasi baru dan hal ini ditentukan oleh ketrampilan oleh sumberdaya manusia yang dimilikinya
b.      Kemampuan untuk mengakomodasi keinginan keinginan Negara tuan rumah akan alih teknologi
c.       Kebijakan Negara tuan rumah terhadap alih teknologi serta pengumpulan dan penyebaran informasi.

3.         Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah:
a.      akumulasi modal, termasuk semua investasi yang berwujud tanah(lahan), peralatan fisikal, dan sumberdaya manusia (human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian dari pendapatan sekarang yang di tabung dan kemudian diinvestasikan untuk memperbesar uotput pada masa akan datang. Investasi jenis ini sering di klasifikasikan sebagai investasi di sektor produktif (directly producitve activities). Investasi lainnya yang dikenal dengan sebutan infrastruktur sosial dan ekonomi (social overhead capital). Selain itu, juga ada investasi tidak langsung dan investasi insani (human investment)
b.      pertumbuhan penduduk, pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja (labour force) secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang pertumbuhan ekonomi. Artinya semakin banyak angkatan kerja semakin banyak faktor produksi tenaga kerja,sedangkan semakin banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestik.
c.       kemajuan teknologi, kemajuan teknologi merupakan faktor yang sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya paling sederhana, kemajuan teknologi disebabkan oleh cara-cara yang baru dan cara-cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional, seperti cara menanam padi, membuat pakaian, atau membangun rumah. Ada 3 macam klasifikasi kemajuan teknologi yaitu : netral, hemat tenaga kerja (labour saving), dan hemat modal (capital saving).
4.         Kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori , yaitu Kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif.
               Pertama adalah kemiskinan absolut. kemiskinan jenis ini berhubungan dengan  garis kemiskinan yang didefiniskan secara international atau regional atau national. diukurnya, misalnya dengan nilai pendapatan perhari (1 $). orang yang pendapatannya di bawah 1$ dapat dikategorikan sebagai kelompok Orang Miskin. kelompok miskin oleh karena  adanya garis kemiskinan tersebut dikatakan sebagai Miskin Absolut.

               Yang kedua adalah kemiskinan Relatif. kemiskinan jenis ini tidak berhubungan dengan  garis kemiskinan. kemiskinan jenis ini bersumber dari perspekti masing-masing orang, yaitu karena orang tersebut merasa miskin. kemiskinan jenis ini bisa menimpa siapa saja. Satu contoh,  bila anda seorang pegawai dengan pendapatan 5 juta perbulan misalnya, suatu hari anda mengetahui bahwa rekan anda yang se-level dengan anda, memiliki pendapatan yang nilainya 3X lipat dari anda. seketika anda merasa marah, geregetan. pada kondisi tersebut anda telah mengalami Kemiskinan relatif.

               Contoh lain misalnya, dengan penghasilan yang anda miliki tersebut, suatu ketika anda menghadiri acara Pameran Mobil di JCC. melihat harga-harga mobil yang tinggi, tiba-tiba anda merasa betapa pendapatan anda tersebut tidak ada artinya. anda dikatakan telah terserang "kemiskinan relatif". Sekali lagi kemisikinan relatif  bisa dialami siapa saja. termasuk meraka yang secara pendapatan berada di atas garis kemiskinan.

5.         Secara umum, Teknologi tepat guna dan Produk tepat guna adalah teknologi yang dirancang bagi suatu masyarakat tertentu agar dapat disesuaikan dengan aspek-aspek lingkungan, keetisan, kebudayaan, sosial, politik, dan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Dari tujuan yang dikehendaki, teknologi tepat guna haruslah menerapkan metode yang hemat sumber daya, mudah dirawat, dan berdampak polutif minimalis dibandingkan dengan teknologi arus utama, yang pada umumnya beremisi banyak limbah dan mencemari lingkungan.
            Suatu masalah utama yang muncul kalau kita membicarakan TNC adalah apakah teknik-teknik yang mereka gunakan tepat guna ataukah tidak. Secara umum pendukung TNC menganggap bahwa teknik tersebut tepat guna. Namun di pihak lain, para pengkritik TNC menagaskan bahwa teknologi yang di gunakan oleh TNC itu tepat guna. Di samping itu ada juga perbedaan pendapat tentang arti tepat guna itu sendiri. Kelompok non-Marxis mendefinisikan ketepat-gunaan dalam srti aspek material yang menyangkut teknik tersebut. Ini dapat didefinisikan baik secara sempit dalam arti proporsi faktor produksi (menurut Neo Klasik), atau secara lebih luas dengan memasukkan variabel-variabel tambahan seperti skala produksi dan jenis produk yang di produksi. Sementara itu bagi kelompok Neo-Fundamentalis, teknologi yang tepat guna adalah teknologi yang paling maju. Sedangkan kelompok Neo-Imperialis malah mempertanyakan “tepat guna untuk siapa?”, dan mereka berkesimpulan bahwa teknologi sosialislah yang tepat guna untuk NSB.
Produk Tepat Guna, menurut kelompok Global Reach dan Neo-Imperalis, TNC cenderung untuk memproduksi produk-produk mewah yang hanya bisa di jangkau oleh kaum elite lokal sementara itu mereka( TNC ) mengabaikan kebutuhan pokok ( Bsic Needs)ndari sebagian beaar penduduk. Sebagai akibatnya, TNC tersebut dianggap ikut memelihar ketidakmerataan pendapatan.
Tanggapan terhadap kritik tersebut datang dari kelompok pro TNC, baik Neo-Klasik maupun Neo-Fundamentalis. Mereka mengatakan bahwa permasalahannya adalah terletak pada struktur distribusi pendapatan di NSB. Namun demikian, bisa juga diterima suatu tanggapan dasar bahwa TNC terutama sekali berproduksi untuk kelompok kecil elite di NSB dan dalam melakukan itu mereka meremehkan perembesan dampak TNC tersebut. Dalam kenyatannya, internasionalisasi modal cenderung untuk menyeragamkan (standardize) pola konsumsi dari sebagian besar penduduk dunia. Bukan produksi mobil atau TV berwarna saja yang mempunyai dampak terhadap konsumsi NSB, tetapi pengenalan Coca Cola, susu kaleng bayi, rokok-rokok gaya Amerika.
Lebih dari itu, Kelompok Global Reach mengajukan suatu alasan yang lebih canggih untuk mendukung pandangan bahwa produk TNC adalah tidak tepat guna untuk NSB. Hal ini hampir sama dengan pendapat bahwa teknologi produksi yang digunakan oleh TNC adalah tidak tepat guna. Mereka mengatakan bahwa produk-produk yang baru dikenalkan di negara-negara maju cenderung menekankan pada karakteristik produk untuk masyarakat pendapatan tinggi (mewah) sebagai lawan dari pendapatan rendah (kebutuhan pokok). Ini membuat teknologi produksi juga cenderung untuk semakin padat modal sepanjang waktu.